Festival Tampo Lore, Persembahan Semarak Budaya untuk Masa Depan

Ayotau, Poso- Festival Tampo Lore kembali meriahkan Lembah Behoa, tepatnya di Desa Bariri, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso selama tiga hari, mulai 16 hingga 18 Juni 2023. Festival budaya dengan tema ‘Merajut Tradisi Melastarikan Hutan untuk Masa Depan’ yang diinisiasi oleh Relawan Orang dan Alam (ROA) ini memukau dengan atraksi seni dan budaya yang disajikan oleh para penduduk lokal.

Selama berlangsungnya festival, para pengunjung dapat menikmati pameran produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berbasis hasil hutan bukan kayu, serta pelatihan pengembangan produk berbasis ekonomi berkelanjutan.

Dalam acara ini, sejumlah produk hasil karya lokal dijual dan dipamerkan, termasuk kerajinan tangan dan anyaman dari kulit kayu seperti gelang, cincin, tas, pajangan, hiasan kepala, serta kreasi anyaman dari rotan.

Tidak hanya itu, festival ini juga menampilkan proses pembuatan pakaian tradisional dari kulit kayu, termasuk baju adat khas suku Lore, yang merupakan keunikan dari Kabupaten Poso.

Pengunjung yang datang juga dapat menikmati pertunjukkan seni budaya yang meriah, seperti tarian Dulua, tari Masao, serta sajian musik Karambangan Torire dan Bulili, bersama dengan berbagai pertunjukan seni lainnya.

Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah, Diah Agustiningsih, tampak kagum dengan festival yang mengangkat kearifan lokal penduduk setempat serta memperkenalkan kawasan lembah yang kaya akan situs megalit.

“Saya benar-benar terkagum-kagum, bahkan ketika pertama kali datang, festival ini terasa seperti lahir dan tumbuh secara organik di antara masyarakat. Tampo Lore benar-benar menghidupkan kearifan lokal dan semua warisan budaya yang telah ada sejak beribu-ribu tahun lalu, yang tetap dijaga oleh masyarakat Lembah Behoa,” ungkap Diah saat berbicara dalam sesi bincang sore bertema ‘Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya, Wisata, dan Lingkungan’ pada Festival Tampo Lore, Sabtu (17/6/2023).

Diah juga mengapresiasi penyelenggaraan Festival Tampo Lore yang tidak hanya memperkenalkan budaya dan tradisi adat istiadat, tetapi juga memperkenalkan situs-situs pra-sejarah megalitikum yang ada di Lembah Behoa.

Ia menegaskan bahwa Festival Tampo Lore akan menjadi agenda tahunan bagi Provinsi Sulawesi Tengah.

“Kami akan mendukung Festival ini pada tahun depan, karena tahun ini kami belum memberikan dukungan apa pun, padahal festival ini memiliki daya tarik dan daya jual yang cukup besar untuk menarik orang karena keunikan yang dimilikinya, dan ini juga sejalan dengan rencana Pak Gubernur dalam mencanangkan ‘Negeri 1000 Megalit’,” tutupnya.

Festival Tampo Lore memang menjadi wadah yang luar biasa bagi warga Lembah Behoa untuk memperlihatkan kekayaan budaya dan warisan tradisi mereka kepada dunia, sekaligus sebagai langkah nyata dalam melestarikan hutan dan budaya untuk masa depan yang lebih baik.(*/AM)

Komentar