Ayotau, Makkah– Sebentar lagi, jemaah haji akan menghadapi puncak ibadah haji. Berdasarkan hasil Sidang Isbat, Idul Adha 10 Dzulhijjah 1445H ditetapkan jatuh pada Senin, 17 Juni 2024. Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Sulteng, yang juga bertugas sebagai Kepala Sektor 11 Makkah, Muchlis Aseng, menyatakan bahwa jemaah Haji Sulteng siap menghadapi puncak haji.
“Saat ini, seluruh jemaah haji Sulteng sudah selesai melaksanakan umrah wajib sebagai bagian dari pelaksanaan haji tamattu. Sekarang, mereka sedang menunggu pelaksanaan Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina),” ujar Muchlis melalui pesan WhatsApp, Jumat, 7 Juni 2024.
Menjelang Armuzna, sebagian jemaah mengisi waktu dengan beribadah di Masjidil Haram, sementara yang lain melaksanakan salat lima waktu di hotel atau musala sekitar penginapan. Secara keseluruhan, mereka siap mengikuti puncak haji di Armuzna.
Persiapan Matang dan Tantangan Kesehatan
Persiapan menuju puncak haji di Armuzna telah matang, namun ada beberapa jemaah yang harus dirawat. “Berdasarkan catatan dokter di Sektor 11, ada beberapa jemaah Sulteng yang harus dirawat di rumah sakit Arab Saudi maupun di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Dua orang dirawat di rumah sakit Arab Saudi dari kloter BPN-10 dan BPN-9, sementara yang dirawat di KKHI berasal dari kloter BPN-13 dan BPN-9,” jelas Muchlis.
Muchlis juga mengabarkan bahwa seorang jemaah Sulteng, Nurnaningsih, 63 tahun, telah berpulang ke Rahmatullah. Almarhumah wafat di Rumah Sakit Saudi Nasional Hospital Makkah Almukarramah pada Jumat, 7 Juni 2024.
Inovasi Smart Card untuk Kelancaran Haji
Muchlis mengungkapkan bahwa tahun ini jemaah haji diwajibkan memiliki Smart Card yang diberlakukan oleh Kementerian Haji Arab Saudi. “Sebagian jemaah sudah menerima Smart Card, sementara lainnya masih dalam proses penerbitan,” katanya.
Berdasarkan rilis Kemenag (7/6/2024), Smart Card adalah inovasi terbaru otoritas Arab Saudi untuk penyelenggaraan haji tahun ini. Tanpa kartu ini, jemaah tidak akan diizinkan memasuki Armuzna, apapun kedudukannya. Petugas akan melakukan scan barcode pada smart card saat jemaah naik bus menuju Arafah, memastikan keberangkatan sesuai manifest. Pelanggar akan dikenakan sanksi berat dari Pemerintah Arab Saudi.
Skenario Pemerintah untuk Hindari Penumpukan Jemaah di Armuzna
Sebagai negara dengan jumlah jemaah haji terbanyak sepanjang sejarah, yakni 241.000 orang, Kementerian Agama telah menyiapkan dua skenario, yaitu murur dan tanazul, untuk menghindari penumpukan jemaah saat Armuzna.
Skenario murur diperuntukan bagi jemaah haji lansia dan berisiko tinggi. Setelah melaksanakan wukuf di Arafah, jemaah akan melalui Muzdalifah tanpa turun dari bus dan langsung menuju Mina. Sementara itu, skenario tanazul memungkinkan jemaah untuk kembali ke hotel setelah melewati Muzdalifah, memberikan kemudahan khususnya bagi lansia.
Khusus untuk jemaah haji lansia yang tidak memiliki pendamping dan tidak mandiri, safari wukuf tetap diberlakukan seperti tahun-tahun sebelumnya. “Safari Wukuf diperuntukkan bagi jemaah yang benar-benar tidak mandiri. Setiap sektor akan melaksanakan safari wukuf untuk 27 jemaah. Proses ini diawasi oleh tim kesehatan untuk memastikan hanya mereka yang membutuhkan yang akan menjalani safari wukuf,” kata Muchlis.
Dengan persiapan yang matang dan berbagai inovasi serta skenario yang diterapkan, jemaah haji Sulteng diharapkan dapat menjalani puncak haji dengan lancar dan khusyuk. (*/del)
Komentar