Pemprov: Gernas BBI Perlu Dipacu

Ayotau, Palu- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng melalui Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Richard Arnaldo, mengungkapkan sinergi dalam mencapai tujuan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) perlu dipacu oleh semua elemen.

“Baik dari sisi Pelaku UMKM, Marketplace, Pemerintah, dan seluruh Masyarakat Indonesia yang tentunya harus terlibat untuk bangga terhadap produk UMKM,” ucapnya saat membuka Focus Group Discussion Aku Cinta Produk Indonesia dengan tema “Jadi Pahlawan Negeri, Dengan Bangga Buatan Indonesia”, baru-baru ini.

Menurut Richard, gerakan BBI adalah salah satu kegiatan yang terus menerus dilakukan oleh pemerintah saat ini yang harus juga disertai dengan gerakan peningkatan kualitas dan daya saing dari produk dalam negeri yang dihasilkan.

“Gerakan Bangga Buatan Indonesia harus disertai dengan gerakan peningkatan kualitas dan daya saing, dimana dua gerakan ini harus dilakukan secara bersamaan, melalui pengembangan ekosistem dan rasa percaya diri sebagai bangsa yang besar yang mencintai Negara Indonesia,” ujar Richard.

Adapun peserta kegiatan yaitu Ibu-Ibu dari Dharma Wanita dan PKK Prov. Sulteng, dan Mahasiswa dari Perguruan Tinggi di Kota Palu.

Melalui kesempatan tersebut diharapkan Richard ibu-ibu yang kesehariannya lebih banyak waktu berinteraksi dengan anak-anaknya dapat menjadi influence penyebar virus bangga buatan Indonesia kepada anak-anak, termasuk masyarakat lingkungannya.

“Demikian juga generasi muda harus selalu menumbuhkan di dalam diri kalian semua rasa bangga dalam menggunakan dan mengonsumsi produk dalam negeri sehingga hal ini mampu mendorong produk Indonesia dikenal oleh masyarakat dunia, serta dapat menjadi tuan rumah dinegaranya sendiri,” tandasnya.

Richard didampingi Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Donny Iwan Setiawan. Turut hadir para Pejabat Esselon III dan Pejabat Fungsional lingkup Disperindag Provinsi Sulteng. Narasumber kegiatan yaitu mantan Kepala Disperindag Sulteng, H. Abubakar Almahdali dan Dr. Zakiyah Zahra, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tadulako. (JT)

Komentar