Refleksi Enam Tahun Bencana Likuefaksi: Pemkot Palu Tekankan Kesiapsiagaan

Ayotau, Palu – Memperingati enam tahun tragedi bencana likuefaksi yang melanda Palu, Sigi, dan Donggala, Wali Kota Palu yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Kota Palu, Irmayanti Pettalolo, S.Sos., MM, menghadiri sosialisasi bertema “Tangguh Terhadap Bencana Likuefaksi” di Swiss-Bell Hotel Palu pada Kamis, 19 September 2024.

Kegiatan ini digagas oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan tujuan meningkatkan literasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Acara ini juga dihadiri oleh Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, Rudy Dewanto, yang mewakili Gubernur, serta Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Dr. Ir. Muhammad Wafid, A.N., M.Sc, dan beberapa pejabat lainnya.

Dalam sambutannya, Asisten Rudy menyampaikan refleksi atas gempa bumi berkekuatan 7,4 SR yang mengguncang wilayah Palu-Donggala-Sigi (Padagimo) pada 28 September 2018. Gempa tersebut memicu tsunami dan likuefaksi yang menghancurkan ribuan rumah serta merenggut ribuan nyawa. “Kejadian ini mengubur ribuan rumah dan menyebabkan korban jiwa serta pengungsian besar-besaran,” ujarnya.

Menurut catatan, sekitar 4.845 orang meninggal dunia, 172.999 orang mengungsi, dan lebih dari 110.000 rumah rusak akibat bencana tersebut. Rudy menegaskan, penanganan pascabencana yang telah berjalan selama ini masih menghadapi kendala, terutama dalam hal pendanaan, meski beberapa upaya telah dilakukan melalui berbagai instruksi presiden (Inpres) dan peraturan gubernur untuk mempercepat rehabilitasi dan rekonstruksi.

Hingga Juni 2024, beberapa capaian penting telah terwujud dalam sektor perumahan. Dari total 67.857 unit rumah rusak ringan, sekitar 67.716 unit telah diperbaiki. Sementara untuk kategori rusak berat, dari 15.397 unit, sudah terealisasi sebanyak 15.292 unit. Sedangkan untuk warga terdampak bencana (WTB) yang mendapatkan hunian tetap (huntap), sekitar 8.525 kepala keluarga sudah direlokasi dari total 9.307 KK.

Asisten Rudy juga mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana, mengingat wilayah Sulawesi Tengah yang rawan risiko gempa dan likuefaksi. “Kita harus waspada, selalu siaga, dan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya,” katanya. Pengalaman tragis pada 28 September 2018, menurutnya, menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mengapresiasi inisiatif Badan Geologi Kementerian ESDM dalam penyelenggaraan kegiatan ini, dengan harapan dapat memperkuat literasi serta mitigasi bencana bagi masyarakat. “Semoga kita semakin siap dan waspada menghadapi bencana yang datangnya tak terduga,” tutup Rudy.

Kegiatan sosialisasi ini diharapkan mampu memberikan pemahaman mendalam terkait potensi likuefaksi dan bahaya lain yang mengancam wilayah Palu, Sigi, dan Donggala, serta meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana di masa depan. (*/del)

Komentar