Komunitas Jaga Palu Galang Dana Melalui Penjualan Kaos

Saat ini merupakan kondisi yang tepat untuk saling merangkul demi membantu warga yang terdampak covid 19. Hal itulah ditunjukan sekelompok anak muda yang menamakan diri dengan sebutan Komunitas Jaga Palu yang melakukan penggalangan dana bantuan melalui penjualan kaos.

Inisiator Komunitas Jaga Palu, Yaumil menceritakan awal dari komunitas ini terbentuk pada Maret 2020 lalu, di mana sejak pandemi mulai melanda Kota Palu. Setidaknya kurang lebih tercatat sudah hampir sekitar 2.000_an jiwa warga Palu yang telah dibantu oleh komunitas tersebut.

“Di tahun kemarin kami membuka donasi dengan cara membeli kaos yang bertuliskan Jaga Palu seharga Rp120-Rp125 ribu. Kemudian dana terkumpul dari penjualan kaos itu kami langsung berinisiatif untuk pesan kebutuhan pokok dan diberikan kepada warga yang terdampak covid,” tutur Yaumil kepada Metrosulawesi saat ditemui belum lama ini.

Sedangkan, dirinya bersama rekan-rekan komunitas Jaga Palu yang lain juga mengaku untuk di tahun ini kembali mengintensifkan penggalangan dana. Sebab, ia menyebutkan virus corona varian delta adalah virus yang mudah menular dan tiba-tiba seperti diberi shok terapi karena pandemi datang lagi.

“Sehingga pemerintah mengambil tindakan dengan menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Akibatnya ekonomi semakin menurun dan orang menjadi takut untuk keluar beraktivitas. Maka dari itu, kita mencoba membantu meringankan beban masyarakat dengan cara seperti ini,” ucapnya.

Menurut dia, banyak anak muda yang memiliki kepedulian sosial. Namun, sayangnya mereka masih bingung ingin berbuat apa. Karena itulah, pihaknya membentuk komunitas Jaga Palu sebagai wadah untuk menyalurkan keinginan anak muda guna membantu sesama. Komunitas ini ternyata tidak hanya membantu warga yang terimbas Covid. Tetapi, korban bencana pun tak luput dari perhatian.

“Sampai saat ini anggota Komunitas Jaga Palu masih terus menjalankan donasi bahan makanan yang sasarannya adalah masyarakat yang terkena imbas pandemi dan tergolong kelompok rentan, seperti driver ojek, pedagang pinggir jalan, pemulung, serta para penyintas bencana 28 September 2018 yang masih tinggal di huntara (hunian sementara),” ungkapnya.

Diungkapkan, awalnya Yaumil hanya menggunakan tabungan pribadi miliknya untuk membantu masyarakat yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah maupun dirawat di Rumah Sakit karena terpapar covid 19. Namun karena kemampuan keuangan tidak memungkinkan dan sangatlah terbatas.

“Karena dana yang terbatas, maka saya buatlah pamflet untuk mencari donasi dan selanjutnya diposting diberbagai media sosial milik pribadi maupun grup facebook. Itulah pada akhirnya bahwa informasi ini sudah berkembang di masyarakat, khusus bulan ini sudah ada ratusan jiwa yang menerima paket sembako dari kita,” terangnya.

Bukan itu saja, ia menyebutkan pihak Komunitas Jaga Palu hingga kini masih mengandalkan jasa pengantaran via ojek online dalam mendistribusikan paket sembako kepada warga yang membutuhkan. Hal tersebut diyakini untuk meminimalisir penyebaran covid 19 dan tidak berinteraksi secara langsung dengan pasien yang terpapar.

“Termasuk dapat membantu ojek online juga, karena ditengah situasi pandemi dipastikan ekonomi ikut berdampak. Sehingga hal itu bisa membuat dapur mereka tetap mengepul dari segi perekonomian. Situasi sekarang harusnya kita saling keterkaitan satu dengan yang lain, jangan hanya mementingkan diri sendiri dan perlu dibangun ialah sifat empati terhadap sesama,” ujarnya.

Berbagai program pemberian bantuan dan pengamanan sosial yang dilakukan pemerintah sudah dilakukan dalam penanganan covid 19. Namun demikian bantuan tersebut dirasa masih belum cukup. Setiap warga masyarakat harus dapat hidup mandiri tanpa menggantungkan bantuan dari pemerintah.

Hal inilah yang harus menjadi pertimbangan setiap orang agar lebih bijak untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan perekonomian keluarga di masa merebaknya virus korona ini. Di mana ada hal yang dapat menyelamatkan masyarakat untuk tetap bertahan di tengah pandemi yakni dengan menerapkan ekonomi tolong-menolong. (MOH)

Komentar