AyoTau, Palu – Bank Indonesia merilis laporan terbaru mengenai perkembangan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan data terbaru, pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah pada triwulan II tahun 2023 mencapai 11,86% (year-on-year), mengalami peningkatan signifikan dari periode sebelumnya.
“Pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh beberapa faktor utama. Pertama, kuatnya permintaan domestik, terutama pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemerintah, serta peningkatan investasi. Meskipun ekspor mengalami penurunan akibat melemahnya perekonomian global dan harga komoditas dunia, pertumbuhan ekonomi tetap terjaga,” ujar Kepala Perwakilan BI Sulawesi Tengah, Dwiyanto Cahyo Sumirat, Senin 28 Agustus 2023 di Jatra Hotel Balikpapan.
Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah didorong oleh sektor industri pengolahan, yang tumbuh sebesar 8,35%. Di sisi pengeluaran, andil pertumbuhan tertinggi berasal dari net ekspor sebesar 7,29%. Wilayah Sulawesi-Maluku-Papua mencatat pertumbuhan tertinggi di provinsi ini.
Selain itu, penambahan kapasitas industri pengolahan, terutama industri logam dasar, terus berlanjut. Kabupaten Morowali dan Morowali Utara menjadi basis industri pengolahan utama di Sulawesi Tengah. Industri pengolahan nikel menjadi salah satu sektor yang paling berkembang di provinsi ini, dengan penambahan kapasitas produksi NPI (Nickel Pig Iron) yang terus berlanjut.
Ekspor Sulawesi Tengah didominasi oleh komoditas turunan nikel besi dan baja, dengan Tiongkok sebagai negara tujuan utama. Di sisi lain, impor didominasi oleh bahan baku penolong dan barang modal yang mendukung industri pengolahan nikel.
Bank Indonesia juga mencatat bahwa inflasi di Sulawesi Tengah terkendali dengan baik. Pada Juli 2023, tingkat inflasi mencapai 3,08% (year-on-year), yang menurun dari bulan sebelumnya. Faktor-faktor seperti permintaan yang terkendali, ekspektasi inflasi yang terjaga, dan inflasi yang rendah pada beberapa kelompok harga, termasuk makanan, memberikan kontribusi positif terhadap inflasi yang terkendali.
Dalam hal stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia mencatat bahwa perkembangan kredit dan tingkat non-performing loans (NPL) di Sulawesi Tengah masih dalam kondisi sehat. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terus meningkat, dengan meningkatnya jumlah giro, deposito, dan tabungan.
Di bidang sistem pembayaran, digitalisasi terus berlanjut di Sulawesi Tengah. Penggunaan instrumen pembayaran nontunai, seperti QRIS, meningkat pesat, menciptakan peluang untuk perluasan sistem pembayaran digital yang lebih inklusif.
Dalam proyeksi ke depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah akan tetap tinggi di triwulan III 2023, didorong oleh berbagai faktor termasuk optimalisasi industri pengolahan nikel. Namun, tetap ada beberapa risiko, termasuk risiko perlambatan produksi produk turunan nikel dan situasi geopolitik global yang masih tidak pasti.
Tingkat inflasi di Sulawesi Tengah juga diperkirakan akan tetap terkendali pada target inflasi nasional. Faktor-faktor risiko termasuk perubahan musim produksi dan harga komoditas, terutama komoditas impor, yang perlu terus dimonitor.
“Sulawesi Tengah terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif, dengan industri pengolahan nikel menjadi salah satu penggerak utama. Pemantauan terhadap faktor-faktor risiko dan upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi tetap menjadi perhatian utama dalam menghadapi tantangan di masa depan,” tuturnya. (Win)
Komentar