Ayotau, Poso- Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulteng, melalui Bidang Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, menggelar kegiatan paham keagamaan Islam, pada 15 hingga 17 Februari 2024.
Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenag Sulteng, H. Ulyas Taha, didampingi Kepala Bidang Bimas Islam Kemenag Sulteng, H. Junaidin, serta Kepala Kantor Kemenag Kab. Poso dan Pejabat Eselon IV Kemenag Kab. Poso.
Adapun peserta yang hadir di kegiatan tersebut berjumlah 40 orang, yang berasal dari tiga yayasan diantaranya, Yayasan Ilman Nafian, Lingkar Nusatara, dan Al Muhajirin.
Menurut Ketua Tim Bina Paham Keagamaan, Taufik Abdul Aziz, ada lima narasumber yang dihadir dalam kegiatan tersebut yakni, pertama Kakanwil Kemenag Sulteng, H. Ulyas Taha, menyampaikan kebijakan Kemenag, bagaimana membina aliran paham keagamaan.
Kemudian kedua, dari Kepala Bidang Bimas Islam, H. Junaidin, membawakan materi bagaimana mensikapi perbedaan paham keagamaan dalam Islam. Selain itu dari Kapolres Poso, meteri tentang dalam mendeteksi sejak dini bagaimana aliran paham keagamaan yang bermasalah.
Selanjutnya Kesbangpol Poso, menyoroti penanganan Ormas dan penganut aliran paham keagamaan yang bermasalah. Hadir pula MUI Poso, memberikan materi peran ormas dan imam masjid dalam mengantisipasi ancaman radikalisme.
Kemudian dari Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulteng, Prof. Muhammad Nur Sangaji, yang menyoroti bagaimana melacak akar perkembangan paham keagamaan Islam trans nasional.
Ulyas mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk menyatukan pandangan dalam menyikapi perbedaan paham keagamaan dalam Islam.
“Artinya peserta yang hadir ini diharap tidak ada kesenjangan, atau perbedaan antar kita dengan mereka yang hadiri kegiatan tersebut,” ujarnya.
Ulyas berharap, kegiatan ini bisa berlanjut, jika ada momen bisa bekerjasama dengan FKPT Sulteng, dengan menghadirkan para peserta perwakilan dari tiga yayasan tersebut.
Sementara itu, Kabid Bimas Islam Kanwil Kemenag Sulteng, H. Junaidin mengungkapkan, dalam menyikapi perbedaan dalam Islam, tentunya perbedaan ini adalah kehendak Allah Swt.
“Kalau tuhan mau bisa saja dijadikan semua umat yang satu, tetapi dalam kenyataannya allah menciptakan perbedaan,” kata Junaidin.
Olehnya itu, Junaidin mengharapkan, perlu ada kerelaan dan kelapangan diri masing-masing untuk menerima perbedaan. Dan yang diharapkan dari itu terciptanya persaudaraan (ukhuwah). Paling tidak ada tiga ukhuwah yang perlu untuk dibangun, pertama ukhuwah islamiyah yaitu persaudaraan sesama umat Islam, kedua ukhuwah wathaniyyah adalah persatuan dalam ikatan kebangsaan, dan ketiga ukhuwah basyariyah yaitu persaudaraan sesama umat manusia. (del)
Komentar