Kasus DBD Di Kota Palu Meningkat

Nomor Urut

Ayotau, Palu – Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, mencatat angka kematian akibat kasus Demam berdarah dengue (DBD) di tahun 2024 mengalami peningkatan 1 persen, dibanding tahun 2023 hanya 0,50 persen.

Berdasarkan laporan data dari 13 Kabupaten/Kota se- Sulteng, ada empat kabupaten dan kota kasus DBDnya mengalami peningkatan yakni di Kota Palu, Morowali Utara, Morowali dan Kabupaten Parigi Moutong.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng, Hestiwati mengungkapkan, selama ini Dinkes telah melakukan berbagai upaya dalam meminimalisir kasus DBD tersebut.

“Upaya-upaya telah dilakukan, salah satunya pemberdayaan kepada masyarakat terkait dengan 3M plus terus ditingkatkan, kemudian ada gerakan satu rumah satu jumantik, saya kira strategi pemecahan masalahnya sudah dilakukan,” ujar Hestiwati, di ruang kerjanya, baru-baru ini.

Menurut Hestiwati, upaya efektif yang digalakkan pemerintah dalam melakukan pemberantasan dan pencegahan penyebaran DBD, dengan menetapkan Gerakan satu Rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik) atau dikenal dengan G1R1J, sangat bagus.

“Gerakan ini dilakukan dengan memilih seorang anggota keluarga di rumah, untuk mengawasi jentik. Tugas dari jumantik ini pemeriksaan, pemantauan, dan pemberantasan jentik nyamuk, khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus,” katanya.

Yang paling penting juga, kata Hestiwati, bagaimana masyarakat sadar dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

“Selain itu juga untuk di Dinkes Provinsi Sulteng masih memiliki stok logistik racun larvasida, untuk penangulangan DBD. Terkait logistik ini kami tidak pernah kekurangan sebab kami selalu ada buffer stock,” jelasnya.

Sebenarnya, kata dia, semua pihak diharap berkolaborasi dalam pencegahan dan pengendalianya harus ditingkatkan.

“Sebab masyarakat biasanya lambat membawa keluarganya ke Faskes Kesehatan, karena mengangap biasa-biasa saja ketika diserang demam, panas tinggi, padahal hal ini harus ditangani secepatnya oleh dokter, karena gejalanya itu diawali dengan naik turunya suhu badan,” jelasnya.

Perlu diketahui, kata Hestiwati, angka kematian karena kasus DBD meningkat, tercatat dua orang di Kota Palu. Hal ini perlu jadi perhatian bersama.

“Sebab diharapkan itu angka kematian tidak bisa lebih dari 1 persen. Jadi memang partisipasi masyarakat melakukan pengendalian penyakit DBD, melalui pemberantasan sarang nyamuk atau 3 M plus masih belum optimal. Terkadang juga masyarakat mengangap bahwa foging ini dapat memberantas nyamuk secara maksimal, padahal bukan yang paling penting itu adalah 3 M plus,” pungkasnya.

Bedasarkan data dari Kab/Kota melalui aplikasi yang ada, diawal tahun 2024 ini untuk Kota Palu kasusnya cukup meningkat mencapai 29 penderita, dua orang meninggal, kemudian Morowali 56 kasus, Morowali Utara 44 kasus, kemudian Parimo 14 kasus.

“Kasus DBD yang paling tertinggi dari Morowali sebanyak 56 kasus, ini perlu diwaspadai, kami berharap angka kasus DBD ini cepat menurun, kembali lagi kami harap kesadaran masyarakat dalam menerapkan PHBS dan 3M plus,” katanya.(del)

Komentar