Ayotau, Palu- Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah, Yudiawati V. Windarrusliana mengatakan, berdasarkan data angka putus sekolah di Sulteng mencapai 4.509 orang, kabupaten yang tertinggi ada anak putus sekolah ada di Kabupaten Parigi Mautong mencapai 647 orang.
“Sementara yang terendah anak yang putus sekolah ada di Banggai Laut sebanyak 125 orang, kemudian kabupaten lainya jumlahnya bervariasi. Tentunya angka ini berdasarkan jumlah penduduk, seperti Banggai Laut jumlahnya rendah, karena jumlah penduduknya juga kurang,” kata Yudiawati, di ruang kerjanya, Senin, 14 Agustus 2023.
Yudiawati mengatakan, provinsi Sulteng memang masuk bersama 10 provinsi lainya, yang angka putus sekolahnya tinggi khususnya itu di jenjang SMA dan SMK.
“Angka putus sekolah ini terlihat naik semenjak pandemi Covid-19, karena saat itu roda perekonomian sempat terhenti, sehingga mengharuskan anak-anak itu berhenti sekolah. Kemudian anak-anak yang tinggal di daerah industri, biasanya terpengaruh dengan teman-teman lainya yang bekerja, sehingga ikut-ikutan bekerja dan meninggalkan sekolahnya,” jelasnya.
Selain itu, kata Yudiawati, ada faktor lain, termasuk ketidakmampuan secara intelektual sehingga mempengaruhi angka putus sekolah Sulteng.
“Yang putus sekolah saat ini sebanyak 4.509 orang, sedang kita data di tingkat Kabupaten/Kota, data itu terkait usia anak yang putus sekolah itu apabila usianya masih 16 sampai 21 tahun putus sekolah, maka kita upayakan mereka kembali ke sekolah, tentu dengan menyesuaikan kondisi sekolah, kemudian kalau usianya sudah diatas 21 tahun maka kita dorong untuk ikuti paket C di lembaga PKBM,” ujarnya.
Yudiawati mengatakan, pemerintah daerah juga sedang konsen terhadap angka putus sekolah, terutama yang tidak bisa masuk lagi ke sekolah, dengan menyediakan anggaran bantuan untuk penyelenggara paket C.
“Jadi saat ini kita sedang memastikan betul apakah anak-anak 4.509 ini betulkah putus sekolah by name by addres, kemudian apakah usianya masih dibawah 21 tahun, hal ini sedang dilakukan verifikasi di bidang SMA dan SMK,” ujarnya.
Menurut Yudiawati, bidang SMA dan SMK akan turun melakukan penelusuran terkait angka putus sekolah ini, melalui sekolah-sekolah di Kab/Kota, dengan mengambil data anak yang sudah putus sekolah.
“Kami juga sudah mengimbau seluruh sekolah untuk bisa meminimalisir siswa berhenti dalam mengenyam pendidikan, kami harap pihak sekolah dan orangtua terus memberikan motivasi kepada anaknya agar tidak mengambil langkah putus sekolah. Kemudian pemerintah provinsi juga sudah menggratiskan biaya pendidikan,” ujarnya.
Artinya, kata dia, sudah tidak ada lagi proses bayar membayar di satuan pendidikan, sehingga tidak ada alasan lagi anak-anak untuk tidak sekolah. (*/AM)
Komentar